Panglima TNI Bela Peran Bantuan TNI Polri Yang Diremehkan dan Disindir Khofifah
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto membela peran TNI dan Polri yakni Babinsa dan Bhabinkamtibmas dalam membantu melakukan tracing atau pelacakan kontak erat pasien Covid-19 yang sebelumnya diremehkan dan disindir oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Hadi menyatakan bahwa rasio tracing di Jawa Timur 1:29 atau satu pasien positif Covid-19 sebanyak 29 dites swab PCR. Menurutnya, angka tersebut sudah sesuai standar Badan Kesehatan Dunia (WHO).
"Rasionya 1 banding 29, itu sudah masuk standar WHO loh Ibu Gubernur," kata Hadi kepada Forkopimda Jatim saat berdialog dengan tim tenaga kesehatan Mojokerto, Minggu (1/8/2021.
Hadi pun menguji kemampuan anggota Babinsa dan Bhabinkamtibmas dalam pengoperasian aplikasi Sistem Informasi Pelacakan (SiLacak) dan inaRISK, serta koordinasi 4 pilar, hingga bagaimana memperlakukan pasien Covid-19.
Koordinasi tersebut diuji dengan melakukan komunikasi melalui telepon antara Babinsa maupun Bhabinkamtibmas kepada pasien Covid-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri untuk mengetahui perkembangan kesehatan secara berkala.
Dalam Kunjungan Panglima TNI ke Puskesmas Gayaman Mojokerto, Puskesmas Sukomoro Nganjuk, Puskesmas Balerejo Madiun, ia didampingi oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Kabaharkam Polri Komjen Arief Sulistyanto, Pangdam V Brawijaya Mayjend Suharyanto, Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta.
Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan pelaksanaan 3T serta penerapan aplikasi Silacak dan aplikasi inaRISK.
Untuk diketahui, bahwa sebelumnya pada Forum Guru Besar Fakultas Kedokteran Airlangga, Jumat (30/7/2021) Khofifah terkesan meremehkan dan menyindir peran Babinsa dan Bhabinkamtibmas yang membantu melakukan tracing atau pelacakan kontak erat pasien Covid-19
Itu disampaikan saat Khofifah mengakui tracing atau pelacakan kontak erat pasien positif Covid-19 di wilayahnya masih sangat rendah.
Dalam Forum itu, sebagaimana dilansir CNN, Khofifah mengaku menerima keluhan petugas tracing yang kesulitan mengoperasikan aplikasi Silacak, dimana program ini diluncurkan Kementerian Kesehatan untuk penguatan tracing.
Menurutnya, sejumlah petugas tracer, yang terdiri dari Babinsa TNI AD dan Bhabinkamtibmas Polri ternyata mengalami kendala saat melakukan entry data di aplikasi Silacak.
"Kalau sekarang yang diturunkan Babinsa dan Bhabinkamtibmas ngapunten (mohon maaf) ini bukan bidangnya," kata Khofifah saat itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar